25 Mei 2025

Narasi Pagi

Kumpulan Kabar Terkini

Pentingnya Kesadaran Masyarakat dalam Mendukung Pendidikan Inklusif

Mendukung Pendidikan Inklusif

Sumber: antaranews.com

Narasi Pagi – Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menegaskan bahwa kesadaran masyarakat mengenai pendidikan inklusif perlu ditingkatkan agar layanan pendidikan yang merata bagi setiap warga negara dapat terwujud. Ia mengingatkan bahwa stigma negatif yang masih berkembang di masyarakat terhadap sistem pendidikan inklusif menjadi tantangan utama yang harus segera diatasi oleh berbagai pihak terkait.

Dalam pernyataan yang diterima di Jakarta pada Jumat, Lestari atau yang akrab disapa Rerie menyampaikan bahwa sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya pendidikan inklusif perlu dilakukan secara berkelanjutan. Dengan begitu, pandangan negatif yang masih ada di masyarakat dapat berkurang, dan penerimaan terhadap sistem pendidikan ini akan semakin meningkat.

Selain sosialisasi, Rerie juga menekankan pentingnya peningkatan kompetensi tenaga pendidik dalam menerapkan metode pengajaran inklusif. Menurutnya, guru harus mampu memenuhi kebutuhan khusus siswa dengan pendekatan yang sesuai dan mendukung perkembangan setiap individu tanpa terkecuali.

Oleh sebab itu, pelatihan bagi tenaga pendidik harus dilaksanakan secara rutin. Selain itu, integrasi materi terkait disabilitas dan pendidikan inklusif ke dalam kurikulum sekolah juga harus dilakukan secara berkelanjutan. Rerie meyakini bahwa dengan adanya peningkatan kapasitas guru dan pemahaman yang lebih luas dari masyarakat, pendidikan inklusif dapat diterapkan dengan optimal di seluruh wilayah Indonesia.

Ia berharap, dengan penerapan yang lebih luas, pendidikan inklusif dapat membantu mewujudkan sistem pendidikan yang lebih merata dan adil bagi seluruh warga negara tanpa diskriminasi.

Pada kesempatan lain, Direktorat Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non-Formal (PAUD PNF) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah juga menyoroti bahwa stigma masih menjadi kendala utama dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, khususnya pada tingkat PAUD.

Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (11/3), Direktur Guru PAUD PNF Kemendikdasmen, Suparto, menjelaskan bahwa hingga saat ini sudah terdapat lebih dari 36.000 satuan pendidikan yang berkomitmen dalam menerapkan sistem pendidikan inklusi. Namun, berbagai tantangan masih terus dihadapi, terutama terkait dengan stigma yang berkembang di masyarakat.

Menurut Suparto, salah satu faktor utama keberhasilan pendidikan inklusif terletak pada penerapan kurikulum yang fleksibel dan adaptif sesuai dengan karakteristik serta kebutuhan peserta didik. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang memandang sistem pendidikan inklusif sebagai sesuatu yang berbeda dan kurang ideal dibandingkan pendidikan reguler.

Selain stigma, tantangan lain yang dihadapi adalah keterbatasan pengetahuan dan pengalaman tenaga pendidik PAUD dalam menerapkan sistem pendidikan inklusi. Banyak guru yang belum mendapatkan pelatihan yang cukup mengenai metode pembelajaran yang sesuai bagi anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga implementasi di lapangan masih menghadapi berbagai hambatan.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan kerja sama antara pemerintah, tenaga pendidik, dan masyarakat dalam membangun ekosistem pendidikan inklusif yang lebih baik. Pemerintah harus lebih aktif dalam menyediakan pelatihan serta fasilitas yang mendukung keberhasilan pendidikan inklusif. Sementara itu, masyarakat juga diharapkan dapat lebih terbuka terhadap konsep pendidikan inklusif sehingga penerapannya dapat berjalan dengan lebih efektif.

Dengan kesadaran yang semakin meningkat serta dukungan dari berbagai pihak, diharapkan pendidikan inklusif dapat berkembang lebih luas dan memberikan manfaat bagi semua anak didik tanpa terkecuali. Kesetaraan dalam pendidikan merupakan hak setiap individu, dan sudah seharusnya semua pihak berperan aktif dalam mewujudkan hal tersebut.