19 Februari 2025

Narasi Pagi

Kumpulan Kabar Terkini

Peningkatan Polusi Udara di Dhaka Memicu Krisis Kesehatan, Pemerintah Bangladesh Siapkan Tindakan

Kualitas udara di Dhaka semakin memburuk

Narasi Pagi – Pada beberapa pekan terakhir, suhu dingin yang melanda Bangladesh telah memperburuk kualitas udara di ibu kota Dhaka. Kota ini, yang sudah lama menghadapi masalah polusi udara, kini terjerat dalam krisis lingkungan yang mengancam kesehatan warganya. Menurut data terbaru, Dhaka menduduki peringkat ketiga di dunia dengan kualitas udara terburuk, dengan angka Air Quality Index (AQI) mencapai 206 pada Kamis (12/12). Pada hari sebelumnya, Selasa (10/12), AQI Dhaka bahkan sempat melampaui angka 240, menjadikannya kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Indeks kualitas udara memberikan informasi tentang tingkat polusi udara dan dampaknya terhadap kesehatan. Skor AQI antara 151 hingga 200 tergolong tidak sehat, sedangkan skor antara 201 hingga 300 sangat tidak sehat, dan di atas 300 dapat berbahaya bagi kesehatan manusia. Kondisi ini telah memicu kekhawatiran, terutama karena kualitas udara yang buruk dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan dan penyakit jantung.

Pemerintah Bangladesh segera mengambil langkah darurat pada Selasa (10/12), menyarankan warga untuk mengenakan masker saat berada di luar ruangan. Selain itu, masyarakat yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap polusi udara diminta untuk menghindari aktivitas luar ruangan kecuali dalam kondisi darurat. Langkah-langkah ini dilakukan karena rumah sakit dan klinik di Dhaka mengalami lonjakan pasien dengan gangguan pernapasan, yang semakin membebani sistem kesehatan negara.

Menurut Asadullah Al Ghalib, seorang pengacara dari Asosiasi Pengacara Lingkungan Bangladesh (BELA), beberapa faktor utama yang berkontribusi pada tingkat polusi udara di Dhaka adalah konstruksi yang terus berlangsung, emisi kendaraan, dan polusi dari rumah tangga. Selama musim dingin, polusi semakin parah karena udara dingin yang mengendap di udara, serta berkurangnya kecepatan angin yang menghalangi proses pembersihan udara. Sementara itu, kabut yang sering muncul juga memperburuk visibilitas dan kualitas udara.

Peningkatan polusi di Dhaka terjadi bersamaan dengan penurunan suhu yang signifikan, dengan angin barat laut yang kering mulai bertiup, yang diperkirakan akan membuat suhu semakin turun. Para ahli memperingatkan bahwa faktor meteorologi ini memperburuk situasi polusi udara yang sudah mengkhawatirkan. Di tengah kondisi ini, warga Dhaka harus berjuang menghadapi udara berbahaya yang berisiko menyebabkan berbagai penyakit, termasuk stroke, penyakit jantung, infeksi saluran pernapasan, dan kanker paru-paru.

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polusi udara menyebabkan sekitar tujuh juta kematian setiap tahunnya di seluruh dunia, dengan sebagian besar kematian akibat strok, penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronis, dan infeksi saluran pernapasan akut. Mohammad Mushtuq Husain, mantan penasihat Institut Epidemiologi, Pengendalian Penyakit dan Penelitian di bawah Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga Bangladesh, menekankan bahwa pekerja harian yang bekerja di luar ruangan sangat rentan terhadap dampak polusi ini. Ia mengingatkan bahwa paparan terhadap konsentrasi tinggi partikel PM2.5 di udara dapat memperburuk kesehatan mereka dalam jangka panjang.

Dalam menanggapi masalah ini, pemerintah Bangladesh telah mengembangkan Rencana Aksi Pengelolaan Kualitas Udara Nasional. Rencana ini bertujuan untuk mengatasi berbagai sumber polusi udara, meningkatkan pemantauan kualitas udara, dan memperkuat mekanisme penegakan hukum. Rencana aksi ini juga berfokus pada penerapan regulasi yang lebih ketat dan promosi penggunaan teknologi yang lebih bersih dalam sektor industri, transportasi, dan pembangunan perkotaan.

Syeda Rizwana Hasan, penasihat Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan, dan Perubahan Iklim Bangladesh, menyatakan bahwa langkah-langkah ini merupakan bagian dari upaya lebih besar untuk mencapai tujuan lingkungan yang berkelanjutan di Bangladesh. Penerapan rencana aksi ini diharapkan dapat mengurangi polusi udara yang semakin mengkhawatirkan, tidak hanya di daerah perkotaan tetapi juga di wilayah pedesaan.

Meskipun langkah-langkah mitigasi polusi udara sedang dilakukan, kondisi udara yang buruk di Dhaka menjadi pengingat betapa pentingnya penanganan polusi udara secara serius. Keberhasilan dalam mengurangi tingkat polusi ini akan sangat bergantung pada upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi semua warga.