14 Maret 2025

Narasi Pagi

Kumpulan Kabar Terkini

Rupiah Melemah Akibat Inflasi Produsen AS dan Ketegangan Timur Tengah

Rupiah terdepresiasi di awal perdagangan

Narasi Pagi – Pada perdagangan Jumat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah. Rupiah tergelincir 21 poin atau 0,13 persen, menjadi Rp15.966 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.945 per dolar AS. Penurunan nilai tukar ini terjadi di tengah meningkatnya inflasi produsen Amerika Serikat (AS) pada November 2024 yang memengaruhi pasar uang global.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menjelaskan bahwa data inflasi produsen AS yang dirilis pada Kamis malam menunjukkan adanya kenaikan 3 persen secara year-on-year pada bulan November. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang hanya mencatatkan kenaikan sebesar 2,6 persen. Kenaikan inflasi yang lebih tinggi ini meningkatkan kekhawatiran bahwa inflasi di AS belum sepenuhnya terkendali, yang pada gilirannya mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga acuan AS dalam waktu dekat.

Ariston mengungkapkan bahwa inflasi yang masih tinggi tersebut berpotensi mempertahankan suku bunga AS pada level yang lebih tinggi, atau bahkan meningkatkan peluang suku bunga tersebut untuk tetap tidak berubah sepanjang tahun depan. Hal ini berpengaruh langsung pada dolar AS, yang terus menguat di pasar global.

Selain pengaruh data inflasi, dolar AS juga didorong oleh ketegangan yang meningkat di Timur Tengah, yang memperburuk ketidakpastian global. Ketegangan ini memberikan tekanan tambahan terhadap nilai tukar mata uang lainnya, termasuk rupiah. Seiring dengan ini, indeks dolar AS pagi ini tercatat melejit ke atas level 107, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi pada pagi sebelumnya yang berada di sekitar 106,50.

“Ketegangan geopolitik di Timur Tengah tetap memberikan dampak bagi pasar keuangan, dengan dolar AS yang terus menguat terhadap banyak mata uang global, termasuk rupiah,” tambah Ariston.

Rupiah juga diprediksi akan terus menghadapi tekanan pada perdagangan hari ini, di mana banyak mata uang regional yang melemah terhadap dolar AS. Ariston menyebutkan bahwa ada peluang bagi rupiah untuk melemah lebih jauh, bahkan hingga mendekati level Rp16.000 per dolar AS. Namun, ia juga mencatat bahwa ada support di sekitar level Rp15.900 per dolar AS yang bisa menjadi titik pemulihan jika ada perubahan dalam sentimen pasar.

Sebagai tambahan, Ariston juga mengingatkan bahwa pasar akan terus memantau perkembangan lebih lanjut mengenai data ekonomi AS serta faktor-faktor geopolitik yang dapat memengaruhi pergerakan dolar AS dan mata uang lainnya. Di tengah situasi ini, investor akan cenderung lebih berhati-hati dan memilih dolar AS sebagai aset yang lebih aman, terutama di tengah ketidakpastian global yang terus berlanjut.

Secara keseluruhan, meskipun ada faktor-faktor domestik yang berpotensi mendukung stabilitas rupiah, pengaruh dari data inflasi produsen AS dan ketegangan geopolitik yang sedang terjadi membuat mata uang Indonesia ini berpotensi terus tertekan, setidaknya dalam jangka pendek.