Narasi Pagi – Merger dan akuisisi (M&A) telah lama dikenal sebagai strategi penting dalam dunia bisnis untuk memperkuat posisi pasar perusahaan. Menurut Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M. Rizal Taufikurahman, langkah ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keuntungan, tetapi juga untuk mengatasi tantangan pasar yang terus berubah. M&A merupakan respons yang wajar terhadap dinamika ekonomi, yang sering kali memerlukan konsolidasi dan perubahan untuk tetap kompetitif.
Dalam dunia usaha, M&A dilakukan dalam dua kondisi utama. Pertama, ketika perusahaan menghadapi kesulitan ekonomi, dan kedua, saat perusahaan memiliki keuangan yang sangat kuat. M&A menjadi pilihan strategis untuk memperbaiki posisi perusahaan, memperluas pangsa pasar, serta meningkatkan daya saing di pasar global. Sebagai contoh, banyak perusahaan memilih untuk melakukan merger atau akuisisi untuk mengakses teknologi baru, memperluas pasar, atau mendiversifikasi lini bisnis guna mengurangi risiko.
Salah satu contoh nyata dari akuisisi yang berhasil dilakukan selama pandemi Covid-19 adalah langkah Xing Wang Group yang mengambil alih PT Tridomain Performance Materials Tbk (TDPM). Akuisisi ini memungkinkan Xing Wang untuk memperluas operasinya di Indonesia meskipun berada di tengah tantangan ekonomi global. Laporan keuangan TDPM yang ditutup pada 31 Desember 2020 mencatat bahwa DH Corporation Ltd (sebelumnya dikenal sebagai Royal Chemie Corporation Limited) memegang 72,5% saham TDPM, memberi ruang bagi Xing Wang Group untuk mengambil alih dan memperkuat posisinya.
Rizal menambahkan bahwa selain meningkatkan profitabilitas, M&A sering kali dilakukan dengan tujuan strategis lain, seperti memperoleh teknologi canggih, meningkatkan akses pasar, atau mengurangi ketergantungan pada sektor tertentu. Hal ini penting untuk memastikan kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan pasar yang cepat.
Sebagai contoh, merger antara dua raksasa teknologi Indonesia, Gojek dan Tokopedia, membentuk entitas baru bernama GoTo. Langkah ini mengubah lanskap teknologi Indonesia, menciptakan ekosistem yang terintegrasi dalam bidang transportasi, e-commerce, dan keuangan digital. GoTo kini menjadi salah satu pemain terbesar di pasar, memanfaatkan sinergi antara dua platform yang sudah memiliki basis pengguna yang kuat. Rizal menilai bahwa merger ini menunjukkan bagaimana kolaborasi yang baik dapat menciptakan nilai tambah yang besar bagi perusahaan dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Pasca-pandemi, tren M&A kembali mengalami lonjakan. Perusahaan tidak hanya berfokus pada bertahan, tetapi juga berusaha untuk tumbuh dan berkembang melalui konsolidasi yang lebih strategis. Sementara selama pandemi, banyak perusahaan lebih fokus pada efisiensi biaya dan penyesuaian mendadak terhadap krisis, pasca-pandemi, fokus perusahaan beralih kepada teknologi dan inovasi. M&A menjadi pendorong utama dalam mendorong transformasi digital dan efisiensi dalam bisnis.
Contoh lainnya adalah merger antara PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN). Merger ini menandakan konsolidasi industri telekomunikasi Indonesia sebagai respons terhadap meningkatnya permintaan akan layanan data dan digitalisasi. Rizal menjelaskan bahwa dengan penggabungan kedua perusahaan ini, mereka dapat berinvestasi lebih efisien dan mengintegrasikan strategi bisnis yang lebih baik, yang pada akhirnya akan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan dan mengubah lanskap industri telekomunikasi Indonesia.
Secara keseluruhan, M&A tidak hanya tentang mencari keuntungan jangka pendek, tetapi juga tentang memperkuat posisi perusahaan di pasar yang semakin kompetitif. Dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi yang mendalam, M&A memberikan peluang bagi perusahaan untuk lebih tangguh dalam menghadapi perubahan ekonomi dan pasar yang cepat berubah.
More Stories
Tantangan Berat dalam Transit Gas Rusia ke Eropa: Peran Ukraina dan Dampaknya bagi Slovakia
Indonesia Terus Menjadi Negara Paling Dermawan di Dunia, Menunjukkan Kekuatan Gotong Royong dalam Menanggapi Bencana
Sinergi Kementerian PANRB dan Kemenperin Tingkatkan Reformasi Birokrasi dan Penataan Organisasi