Narasi Pagi – Juru bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, mengonfirmasi bahwa delegasi dari Amerika Serikat (AS) dijadwalkan melakukan pembicaraan dengan perwakilan Rusia di Moskow. Dalam konferensi pers yang digelar pada Kamis (13/3), ia menjelaskan bahwa Rusia saat ini tengah menerima informasi dari AS terkait hasil negosiasi yang telah dilakukan dengan Ukraina di Jeddah, Arab Saudi, pada Selasa sebelumnya.
Menurut Peskov, sikap resmi Rusia terhadap hasil perundingan itu akan ditentukan setelah pertemuan bilateral dengan delegasi AS berlangsung. Ia juga mengungkapkan bahwa komunikasi antara kedua pihak telah dilakukan sebelumnya. Peskov menyebutkan bahwa Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, telah melakukan percakapan telepon dengan Penasihat Kepresidenan Rusia, Yury Ushakov, pada hari sebelumnya. Dalam percakapan itu, sejumlah informasi penting telah disampaikan kepada pihak Rusia.
Sementara itu, pada hari yang sama, utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, diketahui telah tiba di Moskow. Ia dikabarkan akan bertemu langsung dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, meskipun agenda pasti pertemuan tersebut masih dirahasiakan.
Ketika ditanya mengenai kemungkinan sikap Rusia sebelum negosiasi berlangsung, Peskov menyatakan bahwa spekulasi terbuka mengenai hal itu tidak pantas dilakukan. Namun, ia menegaskan bahwa Rusia tidak akan memberikan kompromi dalam isu-isu yang berkaitan dengan kedaulatan wilayahnya. Menurutnya, Krimea, Sevastopol, Kherson, Zaporizhia, Donetsk, dan Luhansk merupakan bagian dari Federasi Rusia, sebagaimana yang telah diabadikan dalam Konstitusi negara tersebut. Oleh karena itu, ia menyebutkan bahwa fakta ini tidak dapat diubah.
Selain itu, Peskov juga membantah berbagai laporan media yang menyebutkan bahwa Moskow telah mengajukan daftar tuntutan kepada Washington dalam kesepakatan terkait Ukraina. Ia menilai bahwa sebagian besar informasi yang beredar di media tidak akurat dan hanya sedikit yang benar.
Di sisi lain, Ukraina telah menyatakan kesiapannya untuk menerima usulan AS mengenai gencatan senjata selama 30 hari dalam konflik dengan Rusia yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun. AS sendiri menyebutkan bahwa keputusan akhir mengenai hal tersebut kini berada di tangan Rusia.
Menanggapi kemungkinan tekanan dari AS, termasuk pemberlakuan sanksi tambahan jika Rusia tidak menerima syarat-syarat yang diajukan, Peskov menegaskan bahwa negaranya telah beradaptasi dengan berbagai pembatasan yang telah diterapkan sebelumnya. Ia tetap berpendapat bahwa sanksi-sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia bersifat ilegal dan seharusnya dicabut seluruhnya.
Dalam wawancara terpisah dengan kanal berita Rossiya-1, Penasihat Kepresidenan Rusia, Yury Ushakov, mengungkapkan bahwa dirinya telah menjelaskan kepada Waltz mengenai pandangan Rusia terhadap perlunya penyelesaian jangka panjang bagi konflik di Ukraina. Ia menyebutkan bahwa kesepakatan gencatan senjata yang dicapai hanya dianggap sebagai jeda sementara bagi militer Ukraina, bukan sebagai solusi akhir.
Ushakov juga menekankan bahwa tujuan utama Rusia adalah menciptakan resolusi damai yang bersifat jangka panjang, bukan sekadar langkah-langkah sementara yang hanya terlihat seperti upaya perdamaian semu.
Ketika ditanya mengenai kemungkinan pertemuan antara Presiden Putin dan Steve Witkoff, Ushakov menyatakan bahwa baik Rusia maupun AS telah sepakat untuk menjaga kerahasiaan komunikasi antara kedua pihak. Sehingga, detail terkait pertemuan tersebut tidak akan diungkapkan ke publik.
Dengan adanya pembicaraan bilateral ini, diharapkan kedua negara dapat menemukan titik terang dalam penyelesaian konflik yang berkepanjangan. Namun, ketegasan Rusia dalam mempertahankan wilayahnya tetap menjadi faktor utama dalam setiap keputusan yang diambil.
More Stories
Indonesia Dukung Gencatan Senjata Permanen di Gaza dan Perkuat Hubungan dengan Mesir
Trump Kembali Serukan Perdamaian Rusia-Ukraina, Negosiasi Masih Panjang
Keputusan Israel Pertahankan Posisi Strategis di Lebanon Meski Ada Negosiasi Perbatasan