Narasi Pagi – Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengumumkan pada hari Jumat (14/3) bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan tetap mempertahankan keberadaannya di lima lokasi strategis di Lebanon selatan “tanpa batas waktu”. Pengumuman ini datang meskipun sedang berlangsung negosiasi mengenai sengketa di 13 titik perbatasan antara Israel dan Lebanon.
Katz mengungkapkan keputusan ini setelah melakukan penilaian keamanan bersama Kepala Staf IDF Eyal Zamir dan beberapa pejabat militer senior lainnya pada Kamis (13/3). Dalam pertemuan tersebut, Katz menegaskan bahwa IDF akan terus menjaga lima titik strategis di Lebanon selatan yang mengontrol zona penyangga, yang menurutnya penting untuk melindungi masyarakat Israel di wilayah utara.
Keputusan tersebut, kata Katz, tidak akan terpengaruh oleh negosiasi yang sedang berlangsung mengenai sengketa perbatasan. Pernyataan itu juga mencatat bahwa Katz telah memberikan instruksi kepada IDF untuk memperkuat posisi mereka di lima lokasi tersebut, serta mempersiapkan potensi pengerahan pasukan dengan batas waktu yang diperpanjang.
Sejak terjadinya gencatan senjata antara Israel dan Lebanon pada 27 November 2024, yang mengakhiri bentrokan berkepanjangan antara Hizbullah dan Israel yang dipicu oleh konflik di Gaza, ketegangan di wilayah perbatasan telah mereda. Meskipun demikian, serangan militer Israel terhadap Lebanon masih terjadi beberapa kali, dengan klaim bahwa serangan tersebut ditujukan untuk menghancurkan “ancaman” yang ditimbulkan oleh kelompok Hizbullah.
Pada saat yang sama, meskipun terdapat kesepakatan untuk penarikan pasukan pada 18 Februari, pasukan Israel masih mempertahankan posisinya di beberapa lokasi strategis di Lebanon. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun perjanjian gencatan senjata telah disepakati, ketegangan yang terus berlanjut memaksa Israel untuk tetap menjaga kehadirannya di wilayah tersebut.
Keputusan yang diambil oleh Menteri Katz untuk tetap mempertahankan posisi militer Israel di Lebanon selatan merupakan langkah yang menunjukkan bahwa meskipun ada kesepakatan gencatan senjata, Israel tidak akan mudah melepas kendali atas wilayah strategis yang dianggap penting untuk keamanan negaranya. Ini juga mencerminkan kenyataan bahwa negosiasi mengenai perbatasan dan masalah lainnya dapat berlangsung cukup lama, sementara ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok militan seperti Hizbullah dianggap sebagai faktor yang membuat Israel merasa perlu untuk menjaga kehadiran militernya.
Lebanon, yang telah mengalami serangkaian ketegangan dengan Israel selama bertahun-tahun, kini berada dalam posisi yang kompleks dengan adanya perundingan perbatasan yang dapat mengubah peta politik dan keamanan di kawasan tersebut. Namun, meskipun ada kemajuan dalam dialog antara kedua negara, keberadaan pasukan Israel di Lebanon selatan menunjukkan bahwa permasalahan keamanan di perbatasan tetap menjadi isu yang sulit diselesaikan dalam waktu dekat.
Keputusan ini juga menggarisbawahi pentingnya kerjasama dan komunikasi yang berkelanjutan antara kedua negara meskipun mereka sering kali berada pada posisi yang berseberangan. Dalam hal ini, meskipun perjanjian gencatan senjata telah diterima oleh kedua pihak, keputusan militer Israel untuk tetap mempertahankan posisinya di wilayah strategis mencerminkan bahwa situasi di kawasan tersebut masih jauh dari stabil.
Kedepannya, proses perundingan mengenai sengketa perbatasan Israel dan Lebanon diharapkan dapat berjalan lebih lancar, namun tantangan dalam memastikan perdamaian yang berkelanjutan dan menjaga keamanan wilayah tersebut tetap menjadi fokus utama bagi kedua negara.
More Stories
Indonesia Dukung Gencatan Senjata Permanen di Gaza dan Perkuat Hubungan dengan Mesir
Trump Kembali Serukan Perdamaian Rusia-Ukraina, Negosiasi Masih Panjang
Pasukan Keamanan Irak Tewaskan Pemimpin Senior ISIS dalam Operasi Bersama