19 April 2025

Narasi Pagi

Kumpulan Kabar Terkini

China, Rusia, dan Iran Bahas Isu Nuklir di Beijing untuk Stabilitas Timur Tengah

China, Rusia, dan Iran Bahas Isu Nuklir di Beijing

Sumber: antaranews.com

Narasi Pagi – Dalam upaya mencari solusi atas isu nuklir Iran, perwakilan dari China, Rusia, dan Iran mengadakan pertemuan di Beijing. Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, bersama dengan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Ryabkov Sergey Alexeevich, serta Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Kazem Gharibabadi, hadir untuk mendiskusikan perkembangan terbaru terkait program nuklir Iran.

Dalam pertemuan tersebut, Wang Yi menyoroti bahwa ketegangan di Timur Tengah terus meningkat dalam satu tahun terakhir. Ia menegaskan bahwa China berkomitmen untuk berkontribusi dalam penyelesaian masalah regional guna menjaga perdamaian dan stabilitas. Menurutnya, kesepakatan komprehensif terkait program nuklir Iran merupakan elemen penting dalam menangani isu-isu sensitif di kawasan tersebut.

Wang Yi menyampaikan bahwa perjanjian yang telah disepakati sebelumnya merupakan bukti keberhasilan diplomasi multilateral dalam menjaga stabilitas di kawasan serta menegakkan prinsip nonproliferasi nuklir di tingkat internasional. Namun, ia menyayangkan keputusan Amerika Serikat yang menarik diri dari perjanjian tersebut, yang dinilai mengganggu jalannya implementasi kesepakatan.

Menurut Wang Yi, kondisi saat ini telah mencapai titik krusial. Oleh karena itu, ia menilai bahwa upaya penyelesaian sengketa harus ditempuh melalui jalur diplomasi dan negosiasi politik, bukan dengan penggunaan kekuatan atau penerapan sanksi sepihak.

China juga mengajak negara-negara lain untuk menghormati komitmen Iran yang telah menyatakan bahwa program nuklirnya bertujuan untuk kepentingan damai. Selain itu, hak Iran untuk menggunakan energi nuklir secara damai juga harus dihargai oleh komunitas internasional.

Lebih lanjut, Wang Yi menyatakan bahwa perwakilan dari ketiga negara berhasil mengadakan pertemuan di Beijing guna membahas isu nuklir Iran, dan pertemuan tersebut menghasilkan pernyataan bersama yang dianggap sebagai langkah positif ke arah penyelesaian konflik.

Sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi permasalahan ini, Wang Yi mengajukan lima poin usulan penyelesaian yang perlu dipertimbangkan oleh semua pihak.

Pertama, penyelesaian sengketa harus tetap mengedepankan jalur politik dan diplomatik, serta menolak segala bentuk intervensi militer atau sanksi yang tidak sah.

Kedua, keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam penggunaan energi nuklir harus tetap dijaga. Iran diminta untuk tetap mematuhi komitmennya untuk tidak mengembangkan senjata nuklir, sementara negara lain harus menghormati hak Iran dalam memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan damai.

Ketiga, Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) tetap menjadi landasan utama dalam mencapai kesepakatan baru. Oleh karena itu, Amerika Serikat didorong untuk segera kembali ke dalam perundingan.

Keempat, upaya diplomasi dan kerja sama harus terus diperkuat melalui dialog yang konstruktif, bukan dengan tekanan politik atau intervensi dari Dewan Keamanan PBB.

Kelima, semua pihak diharapkan mengambil langkah bertahap dan bersifat timbal balik dalam mencari kesepakatan, dengan tetap memperhatikan kepentingan bersama.

Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan salah satu negara yang turut serta dalam JCPOA, China berkomitmen untuk terus menjalin komunikasi serta koordinasi dengan seluruh pihak terkait. Wang Yi menegaskan bahwa negaranya akan berperan aktif dalam mendorong kembali proses perundingan demi mencapai perdamaian.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, turut menambahkan bahwa China dan Rusia menyambut baik pernyataan Iran yang menegaskan bahwa program nuklirnya hanya bertujuan untuk kepentingan damai dan bukan untuk pengembangan senjata nuklir.

Mao Ning juga menekankan bahwa Iran didukung untuk tetap bekerja sama dengan Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) dalam rangka memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang ada.

Sebagai bagian dari peraturan internasional yang mengatur penggunaan energi nuklir, Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (Non-Proliferation Treaty/NPT) telah diberlakukan sejak 1970 dan diperpanjang tanpa batas waktu pada 1995.

Dalam traktat tersebut, negara-negara pemilik senjata nuklir dilarang mengalihkan kepemilikan atau kendali atas senjata tersebut kepada negara lain. Sebaliknya, negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir juga diwajibkan untuk tidak mencoba memperoleh atau mengembangkan senjata nuklir dalam bentuk apa pun.

Saat ini, terdapat sembilan negara di dunia yang diketahui memiliki senjata nuklir, yaitu Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis, Inggris, Pakistan, India, Israel, dan Korea Utara.

Dalam peraturan NPT, negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir diwajibkan untuk menerima pengawasan dari IAEA. Pengawasan ini bertujuan memastikan bahwa energi nuklir hanya digunakan untuk tujuan damai dan tidak dialihkan untuk pengembangan senjata nuklir.

Dengan adanya pertemuan di Beijing, diharapkan langkah-langkah diplomasi dapat terus dikedepankan dalam mencari solusi terbaik bagi isu nuklir Iran. Negosiasi yang sedang berlangsung ini diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan yang adil dan menjamin stabilitas keamanan di Timur Tengah serta dunia secara keseluruhan.